Minggu, 08 September 2019

Presiden Republik Indonesia

Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk melaksanakan tugas-tugaspemerintah sehari-hari. Presiden menjabat selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa jabatan.
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia (secara bersama-sama disebut lembaga kepresidenan Indonesia) memiliki sejarah yang hampir sama tuanya dengan sejarah Indonesia. Dikatakan hampir sama sebab pada saat proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia belum memiliki pemerintahan. Barulah sehari kemudian, 18 Agustus 1945, Indonesia memiliki konstitusi yang menjadi dasar untuk mengatur pemerintahan (UUD 1945) dan lembaga kepresidenan yang memimpin seluruh bangsa. Dari titik inilah perjalanan lembaga kepresidenan yang bersejarah dimulai.
Sejarah perjalanan lembaga kepresidenan Indonesia memiliki keunikan tersendiri, sebagaimana tiap-tiap bangsa memiliki ciri khas pada sejarah pemimpin mereka masing-masing. Perjalanan sejarah yang dilalui lembaga kepresidenan diwarnai setidaknya tiga atau bahkan empat konstitusi. Peraturan di bawah konstitusi hanya mengatur sebagian kecil dan itupun letaknya tersebar dalam berbagai jenis maupun tingkatan peraturan. Ini berbeda dengan lembaga legislatif dan lembaga yudikatif yang memiliki undang-undang mengenai susunan dan kedudukan lembaga itu sendiri. Lain daripada itu masalah tokoh dan periodisasi juga memerlukan pencermatan lebih lanjut.

Dalam blog ini, saya akan menjelaskan sedikit sejarah dari 7 Presiden RI. Berikut adalah penjelasannya :



Presiden Ir.Soekarno (18 Agustus 1945-12 Maret 1967)

Ir. Soekarno atau yang biasa dipanggil Bung Karno adalah Presiden Pertama Republik Indonesia yang menjabat dari (18 Agustus 1945-12 Maret 1967). Bung Karno lahir di Surabaya, Jawa Timur pada tanggal 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dengan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayah Soekarno adalah seorang guru. Raden Soekemi bertemu dengan Ida Ayu ketika dia sedang mengajar di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja, Bali. Soekarno hanya menghabiskan sedikit masa kecilnya dengan orangtuanya hingga akhirnya dia tinggal bersama kakeknya, Raden Hardjokromo di Tulung Agung, Jawa Timur.
Soekarno pertama kali bersekolah di Tulung Agung hingga akhirnya dia ikut kedua orangtuanya pindah ke Mojokerto. Di Mojokerto, diundang memasukan Soekarno ke EersteInlandse School. Pada tahun 1911, Soekarno dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) untuk dapat diterima di Hoogere Burger School (HBS). Setelah lulus pada tahun 1915, Soekarno melanjutkan pendidikannya di HBS, Surabaya, Jawa Timur. Di Surabaya, Soekarno banyak bertemu dengan para tokoh dari Sarekat Islam, organisasi yang dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto yang juga memberikan tumpangan kompilasi Soekarno tinggal di Surabaya. Dari sinilah, rasa nasionalisme dari dalam diri Soekarno terus menggelora. Di tahun berikutnya, Soekarno mulai aktif dalam kegiatan organisasi pemuda Tri Koro Darmo yang memulai sebagai organisasi dari Budi Utomo. Nama organisasi tersebut kemudian Soekarno diganti menjadi Jong Jawa (Pemuda Jawa) pada 1918. Pada tahun 1920 seusai tamat dari HBS, Soekarno melanjutkan studinya ke Technische Hoge School (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) di Bandung dan mengambil jurusan teknik sipil.
Saat bersekolah di Bandung, Soekarno tinggal di kediaman Haji Sanusi yang merupakan anggota Sarekat Islam dan sahabat karib Tjokroaminoto. Melalui Haji Sanusi, Soekarno dilakukan bersama Ki Hajar Dewantara, Tjipto Mangunkusumo dan Dr.Douwes Dekker, yang saat itu merupakan pemimpin organisasi National Indische Partij. Pada tahun 1926, Soekarno menyusun Algemene Studie Club di Bandung yang diinspirasi dari Indonesische Studie Club (dipimpin oleh Dr.Soetomo). Algemene Studie Club merupakan cikal bakal berdirinya Partai Nasional Indonesia pada tahun 1927.
Bulan Desember 1929, Soekarno diambil oleh Belanda dan dipenjara di Penjara Banceuy karena aktivitasnya di PNI. Pada tahun 1930, Soekarno dipindahkan ke penjara Sukamiskin. Dari dalam penjara inilah, Soekarno membuat pledoi yang fenomenal, Indonesia Menggugat. Soekarno dikirimkan pada tanggal 31 Desember 1931. Pada bulan Juli 1932, Soekarno bergabung dengan Partai Indonesia (Partindo), yang merupakan pecahan dari PNI. Soekarno kembali diambil oleh Belanda pada bulan Agustus 1933 dan diasingkan ke Flores. Karena memenangkan tempat pengasingan, Soekarno hampir dilupakan oleh tokoh-tokoh nasional lainnya. Namun semangat Soekarno tetap membara seperti tersirat di setiap suratnya kepada seorang Guru Persatuan Islam bernama Ahmad Hasan. Pada tahun 1938 hingga tahun 1942 Soekarno diasingkan ke Provinsi Bengkulu. Soekarno baru benar-benar bebas setelah masa penjajahan Jepang pada tahun 1942.
Di awal kependudukannya, Jepang tidak terlalu memperhatikan tokoh-tokoh pergerakan Indonesia hingga akhir tahun 1943 Jepang mulai merasa kesulitan para tokoh ini. Indonesia mulai menarik tokoh pergerakan Indonesia dimana salah satunya adalah Soekarno untuk menarik perhatian penduduk Indonesia terhadap propaganda Jepang.Akhirnya tokoh-tokoh nasional ini memulai pembicaraan dengan pemerintah pendudukan Jepang untuk dapat mencapai kemerdekaan Indonesia, sementara ada pula yang tetap melakukan gerakan perlawanan seperti Sutan Sjahrir dan Amir.
Soekarno sendiri mulai aktif menyiapkan kemerdekaan Indonesia, di disetujui adalah merumuskan Pancasila, UUD 1945 dan dasar-dasar pemerintahan Indonesia termasuk merumuskan naskah proklamasi Kemerdekaan. Pada bulan Agustus 1945, Soekarno diundang oleh Marsekal Terauchi, pimpinan Angkatan Darat wilayah Asia Tenggara ke Dalat, Vietnam. Marsekal Terauchi menyatakan apa yang harus dilakukan Indonesia merdekan dan segala urusan proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah tanggung jawab rakyat Indonesia sendiri.
Setelah bertemu Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam, terjadilah Peristiwa Rengasdengklok pada tanggal 16 Agustus 1945. Para tokoh pemuda dari PETA meminta agar Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, pada saat itu di Indonesia yang dilaporkan kevakuman kekuatan.Ini karena Karena Jepang telah mencapai dan pasukan Sekutu belum tiba. Namun Soekarno, Hatta dan beberapa tokoh lain membantah ini dengan alasan menunggu kejelasan tentang penyerahan Jepang.
Pada akhirnya, Soekarno bersama tokoh-tokoh nasional lainnya mulai bersiap diri menerima Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Berdasarkan sidang yang diadakan oleh Badan Penyelenggara Pendidikan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) panitia kecil untuk upacara proklamasi yang terdiri dari kumpulan orang resmi membentuk. Pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memplokamirkan kemerdekaannya. Teks proklamasi langsung dibacakan oleh Soekarno yang semenjak pagi telah menerima halaman rumah di Jl Pegangsaan Timur 56, Jakarta.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Soekarno dan Mohammad Hatta diangkat oleh PPKI menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Agustus 1945 pengangkatan Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta dikukuhkan oleh KNIP. Kemerdekaan yang diperoleh ini tidak langsung bisa diperoleh karena di tahun-tahun berikutnya masih ada sekutu yang terang-terangan tidak mendukung kemerdekaan Indonesia dan bahkan mendukung untuk kembali menjajah Indonesia. Gencaran senjata dari pihak sekutu dan lantas membuat rakyat Indonesia keluar, seperti yang terjadi di Surabaya kompilasi pasukan Belanda yang dipimpin oleh Brigadir Jendral AWS Mallaby berusaha untuk kembali menyerang Indonesia. Rakyat Indonesia di Surabaya dengan gigihnya terus berjuang untuk tetap mempertahankan hingga Brigadir Jendral AWS Mallaby bertahan dan pemerintah Belanda menarik pasukannya kembali. Perang seperti ini tidak hanya terjadi di Surabaya tetapi juga hampir di setiap kota.
Republik Indonesia secara resmi mengadukan agresi militer Belanda ke PBB karena agresi militer disetujui oleh Perjanjian Internasional, yaitu menyetujui Linggajati. Meski telah disetujui ke PBB, Belanda tetap saja melakukan agresinya. Atas permintaan India dan Australia, pada tanggal 31 Juli 1947 masalah agresi militer yang dilepaskan Belanda dimasukkan ke dalam agenda pertemuan Dewan Keamanan PBB, di mana kemudian dikeluarkan Persetujuan No 27 tanggal 1 Agustus 1947, yang isinya menyerukan agar dapat ditukar melalui dialog.
Atas tekanan Dewan Keamanan PBB, pada tanggal 15 Agustus 1947, Pemerintah Belanda akhirnya akan menerima resolusi Dewan Keamanan untuk menentang pertempuran.Pada 17 Agustus 1947, Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Belanda menerima Resolusi Dewan Keamanan untuk melakukan gencatan senjata dan pada tanggal 25 Agustus 1947 Dewan Keamanan membentuk anggota dewan yang akan menjadi penengah konflik antara Indonesia dan Belanda.
Setelah Pengakuan Kedaulatan (Pemerintah Belanda merujuk sebagai Penyerahan Kedaulatan), Presiden Soekarno kembali diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Mohammad Hatta diangkat sebagai perdana menteri RIS.Karena mengembalikan dari seluruh rakyat Indonesia yang ingin kembali ke negara kesatuan, maka pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS kembali diubah menjadi Republik Indonesia sehingga Ir Soekarno menjadi Presiden dan Mohammad Hatta menjadi wakilnya.
Pemberontakan G30S / PKI menciptakan krisis politik hebat di Indonesia. Massa dari KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) dan KAPI (Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia) melakukan aksi demonstrasi dan menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang salah satu isinya meminta agar PKI dibubarkan.Namun, Soekarno menolak untuk membubarkan PKI karena menilai menentang tindakan ini dengan Nasakom (Nasionalisme, Agama, Komunisme). Sikap Soekarno yang menolak membubarkan PKI kemudian melaporkan posisinya dalam politik. Lima bulan kemudian, dikeluarkanlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang ditandatangani oleh Soekarno dimana isinya merupakan perintah untuk Letnan Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan yang perlu guna menjamin keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden. Surat tersebut lalu digunakan oleh Soeharto yang telah ditunjuk menjadi Panglima Angkatan Darat untuk membubarkan PKI dan menyatakannya sebagai organisasi terlarang. MPRS mengeluarkan dua Ketetapannya, yaitu TAP No IX / 1966 tentang pengukuhan Supersemar menjadi TAP MPRS dan TAP No XV / 1966 yang memberikan jaminan kepada Soeharto sebagai pemasok Supersemar untuk setiap saat dapat menjadi presiden presiden sebelum berhalangan.
Pada 22 Juni 1966, Soekarno membacakan pidato pertanggungjawabannya tentang sikapnya terhadap diskusi G30S. Pidato pertanggungjawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno mengalihkan Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.Hari Minggu, 21 Juni 1970 Presiden Soekarno meninggal dunia di RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) Gatot Subroto, Jakarta. Presiden Soekarno disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan kemudian dimakamkan di Blitar, Jawa Timur dimulai dengan makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah kemudian menetapkan masa berkabung selama tujuh hari.
Ir Soekarno adalah sosok pahlawan yang sejati. Dia tidak hanya menerima berjasa untuk bangsanya sendiri tetapi juga memberikan pengabdiannya untuk kedamaian di dunia. Soekarno adalah manusia yang tidak biasa yang belum tentu kembali ke masa lalu. Ir Soekarno adalah bapak bangsa yang tidak akan tergantikan.

Pendidikan ;
  1. Pendidikan sekolah dasar di EersteInlandse School, Mojokerto
  2. Pendidikan sekolah dasar di EuropeescheLagereSchool (ELS), Mojokerto (1911)
  3. Sekolah Hoogere Burger (HBS) Mojokerto (1911-1915)
  4. Technische Hoge School, Bandung (sekarang berganti nama menjadi Institut Teknologi Bandung) (1920)
Penghargaan ;
Gelar Doktor HonorisCausa dari 26 universitas di dalam dan luar negeri antara lain ;
Universitas Gajah Mada
Universitas Indonesia
Institut Teknologi Bandung
Universitas Padjadjaran
Universitas Hasanuddin
Institut Agama Islam Negeri Jakarta
Universitas Columbia (Amerika Serikat)
Universitas Berlin (Jerman)
Universitas Lomonosov (Rusia)
Universitas Al-Azhar (Mesir).
Penghargaan bintang kelas satu Ordo Para Sahabat Tertinggi dari OR Tambo yang diberikan dalam bentuk penghargaan, pin, tongkat, dan lencana yang semuanya berisi emas dari Presiden Afrika Selatan, ThaboMbeki, atas jasa Soekarno dalam mengembangkan solidaritas internasional demi melawan penindasan oleh negara maju Juga telah menjadi inspirasi bagi rakyat Afrika Selatan dalam menentang penjajahan dan melepaskan diri dari politik apartheid. Penyerahan penghargaan dilaksanakan di Kantor Kepresidenan Union Buildings di Pretoria (April 2005).



Presiden Soeharto (12 Maret 1967-21 Mei 1998)

Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto adalah Presiden kedua Republik Indonesia yang menjabat dari (12 Maret 1967-21 Mei 1998). Beliau lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921. Bapaknya bernama Kertosudiro seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah. Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah. Sampai akhirnya terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong, Jawa Tengah pada tahun 1941. Dia resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Pada tahun 1947, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah seorang anak pegawai Mangkunegara.
Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah dilangsungkan tanggal 26 Desember 1947 di Solo. Waktu itu usia Soeharto 26 tahun dan Hartinah 24 tahun. Mereka dikaruniai enam putra dan putri; Siti Hardiyanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti HediatiHerijadi, Hutomo Mandala Putra dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Soeharto telah menapaki perjalanan panjang di dalam karir militer dan politiknya. Di kemiliteran, Pak Harto memulainya dari pangkat sersan tentara KNIL, kemudian komandan PETA, komandan resimen dengan pangkat Mayor dan komandan batalyon berpangkat Letnan Kolonel. Pada tahun 1949, dia berhasil memimpin pasukannya merebut kembali kota Yogyakarta dari tangan penjajah Belanda saat itu. Beliau juga pernah menjadi Pengawal Panglima Besar Sudirman. Selain itu juga pernah menjadi Panglima Mandala (pembebasan Irian Barat).
Tanggal 1 Oktober 1965, meletus G-30-S/PKI. Soeharto mengambil alih pimpinan Angkatan Darat. Selain dikukuhkan sebagai Pangad, Jenderal Soeharto ditunjuk sebagai Pangkopkamtib oleh Presiden Soekarno. Bulan Maret 1966, Jenderal Soeharto menerima Surat Perintah 11 Maret dari Presiden Soekarno. Tugasnya, mengembalikan keamanan dan ketertiban serta mengamankan ajaran-ajaran Pemimpin besar revolusi Bung Karno.
Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS, Maret 1967, menunjuk Pak Harto sebagai Pejabat Presiden, dikukuhkan selaku Presiden RI Kedua, Maret 1968. Pak Harto memerintah lebih dari tiga dasa warsa lewat enam kali Pemilu, sampai ia mengundurkan diri, 21 Mei 1998.
Namun, akhirnya dia harus meletakkan jabatan secara tragis, bukan semata-mata karena desakan demonstrasi mahasiswa pada 1998, melainkan lebih akibat pengkhianatan para pembantu dekatnya yang sebelumnya ABS dan Ambisius tanpa fatsoen politik. Ayah lima anak ini pun menunjukkan ketabahan dan keteguhannya. Dia akhirnya sempat diadili dengan tuduhan korupsi, penyalahgunaan dana yayasan-yayasan yang didirikannya. Soeharto menyatakan bersedia mempertanggungjawabkan dana yayasan itu. Tapi, ia pun jatuh sakit yang menyebabkan proses peradilannya dihentikan. Tapi tidak semua mantan menterinya tega mengkhianati, tidak mempunyai moral politik. Ada beberapa yang justru makin dekat dengannya secara pribadi setelah bukan lagi berkuasa.
Selama masa jabatannya, dia menggerakkan pembangunan dengan strategi Trilogi Pembangunan (stabilitas, pertumbuhan dan pemerataan). Bahkan sempat mendapat penghargaan dari FAO atas keberhasilan menggapai swasembada pangan pada 1985. Maka, dia mendapat penghargaan sebagai Bapak Pembangunan Nasional.
Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Dia meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari, sejak 4 sampai 27 Januari 2008 di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta. Berita wafatnya Soeharto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta. Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.

Pendidikan ;
SD Pedes Yogyakarta
SMP Muhammadiyah di Yogyakarta
Sekolah militer di Gombong
Karir ;
  • Anggota TNI
  • Komandan Brigade Garuda Mataram
  • Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel
  • Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD)
  • Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat
  • Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad)
  • Panglima Kopkamtib
  • Mayor Jendral
  • 1966 - 1998 Presiden Kedua RI
Penghargaan ;
  • Bapak Pembangunan Nasional
  • Bintang Mahakarya Gotong Royong dari Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong



Presiden B.J. Habibie (21 Mei 1998-20 Oktober 1999)

Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal sebagai BJ Habibie (73 tahun) merupakan pria Pare-Pare (Sulawesi Selatan) kelahiran 25 Juni 1936. Habibie menjadi Presiden ke-3 Indonesia selama 1.4 tahun (21 Mei 1998-20 Oktober 1999) dan 2 bulan menjadi Wakil Presiden RI ke-7. Habibie merupakan keturunan antara orang Jawa (ibunya) dengan orang Makasar/Pare-Pare (ayahnya).
Dimasa kecil, Habibie telah menunjukkan kecerdasan dan semangat tinggi pada ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya Fisika. Selama enam bulan, ia kuliah di Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB), dan dilanjutkan ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955. Dengan dibiayai oleh ibunya,  R.A. Tuti Marini Puspowardoyo, Habibie muda menghabiskan 10 tahun untuk menyelesaikan studi S-1 hingga S-3 di Aachen-Jerman.
Pak Habibie melanjutkan program doktoral setelah menikahi teman SMA-nya, Ibu Hasri Ainun Besari pada tahun 1962. Bersama dengan istrinya tinggal di Jerman, Habibie harus bekerja untuk membiayai biaya kuliah sekaligus biaya rumah tangganya. Habibie mendalami bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Terbang. Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3 nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan  indeks prestasi summacumlaude.
Selama menjadi mahasiswa tingkat doktoral, BJ Habibie sudah mulai bekerja untuk menghidupi keluarganya dan biaya studinya. Setelah lulus, BJ Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg (1965-1969 sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang, dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).
Atas kinerja dan kebriliannya, 4 tahun kemudian, ia dipercaya sebagai VicePresident sekaligus Direktur Teknologi di MBB periode 1973-1978 serta menjadi Penasihast Senior bidang teknologi untuk Dewan Direktur MBB (1978 ). Dialah menjadi satu-satunya orang Asia yang berhasil menduduki jabatan nomor dua di perusahaan pesawat terbang Jerman ini.
Sebelum memasuki usia 40 tahun, karir Habibie sudah sangat cemerlang, terutama dalam desain dan konstruksi pesawat terbang. Habibie menjadi “permata” di negeri Jerman dan iapun mendapat “kedudukan terhormat”, baik secara materi maupun intelektualitas oleh orang Jerman. Selama bekerja di MBB Jerman, Habibie menyumbang berbagai hasil penelitian dan sejumlah teori untuk ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang Thermodinamika, Konstruksi dan Aerodinamika. Beberapa rumusan teorinya dikenal dalam dunia pesawat terbang seperti “Habibie Factor“, “Habibie Theorem” dan “Habibie Method“.
Pada tahun 1968, BJ Habibie telah mengundang sejumlah insinyur  untuk bekerja di industri pesawat terbang Jerman. Sekitar 40 insinyur Indonesia akhirnya dapat bekerja di MBB atas rekomendasi Pak Habibie.
Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan skill dan pengalaman (SDM) insinyur Indonesia untuk suatu saat bisa kembali ke Indonesia dan membuat produk industri dirgantara (dan kemudian maritim dan darat). Dan ketika (Alm) Presiden Soeharto mengirim Ibnu Sutowo ke Jerman untuk menemui seraya membujuk Habibie pulang ke Indonesia, BJ Habibie langsung bersedia dan melepaskan jabatan, posisi dan prestise tinggi di Jerman.
Hal ini dilakukan BJ Habibie demi memberi sumbangsih ilmu dan teknologi pada bangsa ini. Pada 1974 di usia 38 tahun, BJ Habibie pulang ke tanah air.  Iapun diangkat menjadi penasihat pemerintah (langsung dibawah Presiden) di bidang teknologi pesawat terbang dan teknologi tinggi hingga tahun 1978. Meskipun demikian dari tahun 1974-1978, Habibie masih sering pulang pergi ke Jerman karena masih menjabat sebagai Vice Presiden dan Direktur Teknologi di MBB.
Habibie mulai benar-benar fokus setelah ia melepaskan jabatan tingginya di Perusahaan Pesawat Jerman MBB pada  1978. Dan sejak itu, dari tahun 1978 hingga 1997, ia diangkat menjadi Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) sekaligus merangkap sebagai Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Disamping itu Habibie juga diangkat sebagai Ketua Dewan Riset Nasional dan berbagai jabatan lainnya.
Habibie mewarisi kondisi kacau balau pasca pengunduran diri Soeharto akibat salah urus pada masa orde baru, sehingga menimbulkan maraknya kerusuhan dan disintegerasi hampir seluruh wilayah Indonesia. Segera setelah memperoleh kekuasaan Presiden Habibie segera membentuk sebuah kabinet.
Salah satu tugas pentingnya adalah kembali mendapatkan dukungan dari Dana Moneter Internasional dan komunitas negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Dia juga membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol pada kebebasan berpendapat dan kegiatan organisasi.
Pada era pemerintahannya yang singkat ia berhasil memberikan landasan kokoh bagi Indonesia, pada eranya dilahirkan UU Anti Monopoli atau UU Persaingan Sehat, perubahan UU Partai Politik dan yang paling penting adalah UU otonomi daerah.
Melalui penerapan UU otonomi daerah inilah gejolak disintergrasi yang diwarisi sejak era Orde Baru berhasil diredam dan akhirnya dituntaskan di era presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tanpa adanya UU otonomi daerah bisa dipastikan Indonesia akan mengalami nasib sama seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.
Setelah ia turun dari jabatannya sebagai presiden, ia lebih banyak tinggal di Jerman daripada di Indonesia. Tetapi ketika era kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono, ia kembali aktif sebagai penasehat presiden untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia lewat organisasi yang didirikannya Habibie Center.
Rasa cintanya yang besar pada mendiang istrinya, Ainun dia tuangkan dalam bentuk buku. Dia menulis buku yang berjudul Habibie & Ainun. Buku ini di buat untuk alm. istrinya. Buku tersebut berisikan mengenai kisah cinta sang Profesor dengan istrinya.
Buku tersebut setebal 323 halaman itu, menceritakan mulai dari awal pertemuan Habibie dan Ainun, sampai akhinya Ainun menghembuskan nafas terakhirnya karena komplikasi penyakit pada 22 Mei 2010. Habibie menghitung masa hidup bersama Ainun, sejak menikah pada 12 Mei 1962, selama 48 tahun 10 hari.

Pendidikan ;
  • S3: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
  • S2: Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman
  • S1: Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung (ITB)
Karir ;
  • Presiden RI ke-3
  • Wapres RI ke-7
  • Menteri Riset dan Teknologi ke-1
  • Vice President sekaligus Direktur Teknologi di MBB
  • Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang MBB
  • Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB
Penghargaan ;
  • Edward Warner Award dan Awardvon Karman
  • Ganesha Praja Manggala Bhakti Kencana dari Institut Teknologi Bandung




Presiden Abdurrahman Wahid (20 Oktober 1999-23 Juli 2001)

Kyai Haji Abdurrahman Wahid atau yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur adalah Presiden Republik Indenesia ke 4 yang menjabat dari (20 Oktober 1999-23 Juli 2001). Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 7 September 1940. Ia dilahirkan dengan nama Abdurrahman Adakhil yang berarti sang penakluk. Karena kata "Adakhil" tidak cukup dikenal, maka diganti dengan nama "Wahid" yang kemudian lebih dikenal dengan Gus Dur. Pesantren untuk menghormati anak kiai yang berarti “abang atau mas”.
Gus Dur adalah anak pertama dari enam bersaudara. Ia lahir dari keluarga yang cukup dihargai. Kakek dari persetujuan, KH Hasyim Asyari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Sementara itu kakek dari pihak ibu, KH Bisri Syansuri, adalah pengajar pesantren pertama yang mengajarkan kelas pada perempuan. Ayahnya KH Wahid Hasyim merupakan sosok yang terlibat dalam Gerakan Nasionalis dan menjadi Menteri Agama tahun 1949, melalui izin Ny. Hj. Sholehah adalah putri pendiri Pondok Pesantren Denayar Jombang.
Gus Dur pernah menyatakan secara terbuka bahwa ia adalah keturunan Tionghoa dari Tan Kim Han yang menikah dengan Tan a Lok, yang merupakan saudara kandung dari Raden Patah (Tan Eng Hwa) yang merupakan pendiri kesultanan Demak. Tan Lok dan Tan Eng Hwa ini adalah anak dari Puteri Campa yang merupakan Puteri Tiongkok adalah selir Raden Brawijaya V. Berdasarkan penelitian di Perancis Louis Charles Damais, Tan Kim Han diidentifikasikan sebagai Syekh Abdul Qodir Al Shini yang makamnya ditemukan di Trowulan.
Pada tahun 1944 Abdurrahman Wahid pindah dari kota asalnya Jombang menuju Jakarta, karena pada saat itu terpilih menjadi ketua pertama Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia yang biasa disingkat “Masyumi”. Masyumi adalah organisasi pendukung dari tentara Jepang yang pada saat itu menyetujui Indonesia. Setelah mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Gus Dur kembali ke Jombang dan tetap di sana selama perang mempertahankan kedaulatan Indonesia melawan Belanda. Ia kembali ke Jakarta pada akhir perang tahun 1949 karena kembali terpilih sebagai Menteri Agama.
Gus Dur melanjutkan ilmu di Jakarta dengan masuk ke SD Kris sebelum pindah ke SD Matraman Perwari. Pada tahun 1952 disetujui sudah tidak menjadi menteri agama tetap di Jakarta. Pada tahun 1953 di bulan April ayah Gus Dur meninggal dunia karena kecelakaan mobil.
Pada tahun 1954, pendidikannya berlanjut dengan masuk sekolah menengah pertama, yang pada saat itu tidak naik kelas. Lalu kirimkan mengirimnya ke Yogyakarta untuk disetujui pendidikan.
Setelah lulus dari SMP pada tahun 1957, Gus Dur memulai pendidikan muslim di Pesantren yang bernama Pesantren Tegalrejo di Kota Magelang. Pada tahun 1959 ia pindah ke Pesantren Tambakberas di Kota Jombang. Sementara menerima pendidikanya, ia juga menerima tugas menyelesaikan sebagai guru yang dikeluarkan sebagai kepala sekolah madrasah. Selain itu juga bekerja sebagai jurnalis Majalah Horizon serta Majalah Budaya Jaya.
Pada tahun 1963, ia menerima beasiswa dari Kementrian Agama untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar di Kairo, Mesir. Ia pergi ke Mesir pada November tahun 1963. Universitas mengambil Gus untuk mengambil kelas remedial sebelum belajar bahasa Arab dan belajar islam. Meskipun mahir meminta Arab, ia tidak mampu memberikan bukti bahwa ia mahir meminta Arab. Ia pun harus mengambil kelas remedial.
Pada tahun 1964 Gus Dur sangat menikmati kehidupannya di Mesir. Ia menikmati hidup dengan menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menikmati menonton sepakbola. Gus Dur juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah dari asosiasi tersebut. Akhirnya ia berhasil lulus dari kelas remedialnya pada akhir tahun. Pada tahun 1965 ia mulai belajar ilmu Islam dan juga bahasa Arab. Namun Gus Dur kecewa dan menolak metode belajar dari universitas karena ia telah menawarkan ilmu yang diberikan.
Di Mesir, Gus Dur bekerja di Kedutaan Besar Indonesia. Namun pada saat ia bekerja Gerakan 30 September (G 30 S) terjadi. Upaya pemberantasan komunis dilakukan di Jakarta dan yang dilakukan saat itu adalah Walikota Jendral Suharto. Sebagai bagian dari upaya tersebut. Gus Dur diperintahkan untuk melakukan penyelidikan terhadap pelajar universitas dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Ia menerima permintaan yang diminta menulis.
Akhirnya ia gagal di Mesir. Hal ini terjadi karena Gus Dur tidak setuju akan metode pendidikan di universitas dan pekerjaannya setelah G 30 S sangat disetujui dirinya. Pada tahun 1966 ia harus mengulang pendidikannya. Namun pendidikan pasca sarjana Gus Dur diselamatkan oleh beasiswa di Universitas Baghdad. Akhirnya ia pindah ke Irak dan menikmati Lingkungan barunya. Meskipun pada awalnya ia lalai, namun ia dengan cepat belajar. Gus Dur juga mengundang perwakilannya dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan sebagai penulis majalah Asosiasi tersebut.
Pada tahun 1970 ia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Baghdad. Setelah itu, Gus Dur ke Belanda untuk melanjutkan pendidikan. Ia ingin belajar di Universitas Leiden, namun ia puas karena pendidikan di Universitas Baghdad tidak dihargai oleh universitas tersebut. Akhirnya ia pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali lagi ke Indonesia pada tahun 1971.
Di Jakarta, Gus Dur berharap akan kembali ke luar negeri untuk belajar di Universitas McGill di Kanada. Ia pun bergabung dengan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Organisasi ini terdiri dari kaum intelektual muslim progresif dan sosial demokrat. LP3ES mendirikan majalah yang bernama Prima dan Gus Dur menjadi salah satu kontributor utama majalah tersebut. Dia berkeliling pesantren di seluruh Jawa.
Pada saat itu, pesantren berusaha keras untuk mendapatkan izin dari pemerintah dengan persetujuan pemerintah. Karena nilai-nilai pesantren semakin meningkat akibat perubahan ini, Gus Dur pun prihatin dengan kondisi tersebut. Ia juga prihatin akan kemiskinan yang melanda pesantren yang ia lihat. Melihat kondisi tersebut Gus Dur memutuskan belajar ke luar negeri dan lebih memilih mengembangkan pesantren.
Akhirnya ia menyelesaikan karirnya sebagai jurnalis di Majalah Tempo dan Koran Kompas. Tulisannya dapat diterima dengan baik. Ia mengembangkan reputasi sebagai komentator sosial. Dengan itu ia mendapatkan banyak undangan untuk memberikan seminar sehingga sering pulang dan pergi antara Jakarta dan Jombang.
Meskipun karirnya dapat meraih kesuksesan, namun masih tetap sulit, karena hanya memiliki satu sumber pencaharian. Ia pun bekerja kembali dengan profesi yang berbeda untuk mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual kacang dan mengantarkan es. Tahun 1974 ia diterbitkan sebagai Sekretaris Umum Pesantren Tebu Ireng hingga tahun 1980. Pada tahun 1980 ia ditugaskan sebagai Katib Awwal PBNU hingga tahun 1984. Pada tahun 1984 ia naik pangkat sebagai Ketua Dewan Tanfidz PBNU. Tahun 1987 Gus Durling sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia. Pada tahun 1989, karirnya meningkat dengan menjadi anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Dan hingga akhirnya pada tahun 1999 hingga 2001 ia berhasil sebagai Presiden Republik Indonesia.
Sebagai seorang Presiden RI, Gus Dur memiliki pendapat yang berbeda dalam menyikapi suatu masalah bangsa. Ia mengajukan permohonan yang lebih simpatik kepada kelompok Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mengayomi etnis Tionghoa, meminta maaf kepada keluarga PKI yang mati dan disiksa, dan lain-lain. Selain itu, Gus Dur juga dikenal sering melontarkan klaim kontroversial, yang salah hanya mengatakan bahwa anggota MPR RI seperti anak TK.
Hanya sekitar 20 bulan. Gus. Durasinya sebagai Presiden RI. Musuh-musuh politiknya memanfaatkan benar Bulloggate dan Bruneigate untuk menggoyang kepemimpinannya. Belum lagi hubungan yang tidak harmonis dengan TNI, Partai Golkar, dan elit politik lainnya. Gus Dur sendiri mengeluarkan dekrit yang berisi :

  1. pembubaran MPR / DPR,
  2. menerima kedaulatan ke tangan rakyat dengan mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun,
  3. membekukan Partai Golkar sebagai bentuk menentang MPR Sidang Istimewa. 

Namun dekrit ini tidak memperoleh dukungan dan pada 23 Juli 2001, MPR secara resmi memberhentikan Gus Dur dan menggantikannya dengan Megawati Sukarno putri.
Sebelumnya, pada Januari 2001, Gus Dur mengumumkan tahun baru Cina (Imlek) menjadi hari libur disetujui. Tindakan ini dilanjutkan dengan pencabutan larangan penggunaan huruf Tionghoa.
Setelah berhenti sebagai presiden, Gus Dur tidak berhenti untuk melanjutkan karir dan perjuangannya. Pada tahun 2002 ia disetujui sebagai kesepakatan Solidaritas Korban Pelanggaran HAM. Dan pada tahun 2003, Gus Dur disetujui sebagai Penerima pada Gerakan Moral Rekonsiliasi Nasional.
Tahun 2004, Gus Dur dikembalikan untuk menjadi Presiden RI. Namun demikian, keinginan ini tidak lolos dari Komisi Pemilihan Umum.
Pada Agustus 2005 Gus Dur menjadi salah satu pimpinan koalisi politik yang bernama Koalisi Nusantara Bangkit Bersatu. Bersama dengan Tri Sutrisno, Wiranto, Akbar Tanjung dan Megawati, koalisi ini mengkritik kebijakan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada tahun 2009 Gus Dur menderita beberapa penyakit. Bahkan sejak ia memutuskan sebagai presiden, ia berhasil mengatasi masalah pengungkapan sehingga surat dan buku yang dibacanya dapat dibaca atau diterbitkan. Ia mendapatkan serangan stroke, diabetes, dan gangguan ginjal. Akhirnya Gus Dur pun pergi menghadap sang khalik (meninggal dunia) pada hari Rabu 30 Desember 2009 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada pukul 18.45 WIB.

Pendidikan ;
  • 1957-1959 Pesantren Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah
  • 1959-1963 Pesantren Tambak Beras, Jombang, Jawa Timur
  • 1964-1966 Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir, Fakultas Syari'ah (Kulliyahal-Syari'ah)
  • 1966-1970 Universitas Baghdad, Irak, Fakultas Adab Jurusan Sastra Arab
Karir ;
  • 1972-1974 Fakultas Ushuludin Universitas Hasyim Ashari, Jombang, sebagai Dekan dan Dosen
  • 1974-1980 Sekretaris Jenderal Pesantren Tebu Ireng
  • 1980-1984 Katib Awwal PBNU
  • 1984-2000 Ketua Dewan Tanfidz PBNU
  • 1987-1992 Ketua Majelis Ulama Indonesia
  • 1989-1993 Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat RI
  • 1998 Partai Kebangkitan Bangsa, Indonesia, Ketua Dewan Syura DPP PKB
  • 1999-2001 Presiden Republik Indonesia
  • 2000 Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Mustasyar
  • 2002 Rektor Universitas Darul Ulum, Jombang, Jawa Timur, Indonesia
  • 2004 Pendiri The WAHID Institute, Indonesia
Penghargaan ;
  • Penghargaan LifetimeAchievement 2010 dalam Liputan 6 Awards 2010
  • 2010 Bapak Ombudsman Indonesia oleh Ombudsman RI
  • Tokoh Pendidikan 2010 oleh Ikatan Pelajar Nadhlatul Ulama (IPNU)
  • Penghargaan Mahendradatta 2010 oleh Universitas Mahendradatta, Denpasar, Bali
  • Ketua Dewan Syuro Akbar 2010 PKB oleh PKB Yenny Wahid
  • 2010 Bintang Mahaguru oleh DPP PKB Muhaimin Iskandar
  • 2008 Penghargaan sebagai tokoh pluralisme oleh Simon Wiesenthal Center
  • Penghargaan Tasrif 2006 oleh Aliansi Jurnanlis Independen (AJI)
  • 2004 Didaulat sebagai “Bapak Tionghoa” oleh beberapa tokoh Tionghoa Semarang
  • 2004 Anugrah MpuPeradah, DPP Perhimpunan Pemuda Hindu Indonesia, Jakarta, Indonesia
  • 2004 The Cultureof Peace DistinguishedAward 2003, Proyek Proyek Budaya Perdamaian Internasional untuk Perdamaian, Trento, Italia
  • Penghargaan Toleransi Global 2003, Sahabat Perserikatan Bangsa-Bangsa, New York, Amerika Serikat
  • Penghargaan Hadiah Perdamaian Dunia 2003, Dewan Pemberian Hadiah Perdamaian Dunia (WPPAC), Seoul, Korea Selatan
  • Penghargaan Dareto Fail 2003, Billi PS Lim, penulis buku paling laris "Dareto Fail", Kuala Lumpur, Malaysia
  • 2002Pin Emas NU, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Jakarta, Indonesia.
  • Gelar Kanjeng Pangeran Aryo (KPA) 2002, Sampeyan dalem Ingkang Sinuhun, Kanjeng Susuhunan Pakubuwono XII, Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia
  • Penghargaan Layanan Publik 2001, Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat
  • 2000 Duta Besar Perdamaian, Federasi Internasional dan Antaragama untuk Perdamaian Dunia (IIFWP), New York, Amerika Serikat
  • 2000 Paul Harris Fellow, The Rotary Foundation of Rotary International
  • Man of The Year 1998, Majalah REM, Indonesia
  • Penghargaan Magsaysay 1993, Manila, Filipina
  • Penghargaan Misionaris Islam 1991, Pemerintah Mesir
  • 1990 Tokoh 1990, Editor Majalah, Indonesia
  • Doktor Kehormatan:
  • Doktor Kehormatan bidang Filsafat Hukum dari Universitas Thammasat, Bangkok, Thailand (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Institut Teknologi Asia, Bangkok, Thailand (2000)
  • Doktor Kehormatan bidang Ilmu Hukum dan Politik, Ilmu Ekonomi dan Manajemen, dan Ilmu Humaniora dari Pantheon Universitas Sorbonne, Paris, Perancis (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thailand (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Twente, Belanda (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, India (2000)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Soka Gakkai, Tokyo, Jepang (2002)
  • Doktor Kehormatan bidang Kemanusiaan dari Universitas Netanya, Israel (2003)
  • Doktor Kehormatan bidang Hukum dari Universitas Konkuk, Seoul, Korea Selatan (2003)
  • Doktor Kehormatan dari Universitas Sun Moon, Seoul, Korea Selatan (2003)




Presiden Megawati Soekarno Putri (23 Juli 2001-20 Oktober 2004)

Megawati adalah Presiden RI ke 5 yang menjabat dari (23 Juli 2001-20 Oktober 2004). Megawati adalah anak kedua Soekarno, presiden pertama Indonesia, dari Fatmawati. Megawati sendiri dibesarkan dalam suasana keistanaan karena saat ini Soekarno sedang mendukung sebagai Presiden.
Megawati pernah mengenyam pendidikan di Universitas Padjadjaran Bandung di bidang pertanian serta di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia belum lulus.
Suami Pertama Mega adalah seorang pilot AURI bernama Surindro Supjarso yang meninggal karena kecelakaan pesawat. Surindro meninggalkan dua orang anak yang masih kecil. Lalu Mega menikah dengan pria asal Mesir yang rupanya tidak bertahan lama. Barulah Mega kemudian menikah dengan Taufiq Kiemas yang bertahan sampai sekarang.
Sejak menjadi mahasiswa, Mega sudah berkecimpung di dunia politik melalui GMNI. Tahun 1986, Mega menjadi wakil ketua PDI Cabang Jakarta Pusat. Pada 1993, dia terpilih menjadi Ketua Umum PDI.
Kongres PDI di Medan pada tahun 1996 memutuskan untuk mengganti Mega dengan Soerjadi sebagai Ketua Umum PDI. Mega sendiri tidak menerima hasil kongres tersebut. Bahkan, sampai terjadi Peristiwa 27 Juli yang menewaskan beberapa pendukung Mega saat mendukung Soerjadi mendukung kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro dari tangan pendukung Mega. Tidak hanya itu, beberapa tantangan juga ditahan dan dipenjarakan karena kerusuhan tersebut.
Penyerangan tersebut dibawa ke meja hijau oleh Mega lalu kemudian usaha itu kandas di pengadilan. Akhirnya PDI terbelah menjadi dua, PDI Soerjadi dan PDI Mega.
Pada tahun 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilihan. Sidang Umum 1999 akhirnya memutuskan Gus Dur sebagai presiden dan Mega sebagai wakilnya.
Dua tahun kemudian, 23 Juli 2001, mandat MPR RI yang memutuskan Gus Dur sebagai presiden dicabut. Akhirnya Mega yang dimulainya.
Masa Pemerintahan Mega harus berakhir pada tahun 2004 kompilasi pemilihan kembali dilangsungkan. Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahan Mega, yang akhirnya terpilih menjadi presiden.
Dikabarkan bahwa PDIP akan mengajukan Mega sebagai calon presiden 2014, namun disisi lain Jokowi termasuk salah satu kandidat calon presiden dari PDIP yang dapat memperoleh kuat.

Karir ;
  • Presiden Republik Indonesia periode 2001-2004
  • 1986, Wakil Ketua PDI Cabang Jakarta Pusat
  • 1993, Ketua Umum PDI
Penghargaan ;
  • Penghargaan Priyadarshni dari lembaga Akademi Priyadarshni, Mumbay, India
  • Dokter Honoris Causa dari Universitas Waseda



Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (20 Oktober 2004-20 Oktober 2014)

Jenderal TNI (Purn) Susilo Bambang Yudhoyono adalah presiden Republik Indonesia keenam yang menjabat dari (20 Oktober 2004-20 Oktober 2014). Berbeda dengan presiden sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono merupakan presiden pertama yang dipilih secara langsung oleh rakyat dalam proses Pemilu Presiden putaran II 20 September 2004. Lulusan terbaik AKABRI (1973) yang akrab disapa SBY ini lahir di Pacitan, Jawa Timur 9 September 1949. SBY adalah anak tunggal dari pasangan R. Soekotjo dan Sitti Habibah. Darah prajurit menurun dari ayahnya yang pensiun sebagai Letnan Satu. Sementara ibunya, Sitti Habibah adalah putri salah seorang pendiri PonpesTremas. Pendidikan Sekolah Rakyat adalah pijakan masa depan yang paling menentukan bagi SBY.
Ketika duduk di bangku kelas lima, untuk pertama kalinya SBY kenal dan akrab dengan nama Akademi Militer Nasional (AMN), Magelang, Jawa Tengah. SBY kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri Pacitan. Sejak kecil, SBY bercita-cita untuk menjadi tentara dengan masuk Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri) setelah lulus SMA akhir tahun 1968. Namun, lantaran terlambat mendaftar, SBY tidak jadi masuk Akabri dan akhirnya dia menjadi mahasiswa Teknik Mesin Institut 10 November Surabaya (ITS).
Namun kemudian, SBY justru memilih masuk Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Pertama (PGSLP) di Malang, Jawa Timur. Sewaktu belajar di PGSLP Malang itulah, Susilo Bambang Yudhoyono mempersiapkan diri untuk masuk kembali ke Akabri. Tahun 1970, akhirnya SBY masuk Akabri di Magelang, Jawa Tengah, setelah lulus ujian penerimaan akhir di Bandung. SBY satu angkatan dengan Agus Wirahadikusumah, Ryamizard Ryacudu, dan Prabowo Subianto. Semasa pendidikan, SBY yang mendapat julukan Jerapah, sangat menonjol. Terbukti, ketika dia meraih predikat lulusan terbaik Akabri 1973 dengan menerima penghargaan lencana Adhi Makasaya. Seusai menamatkan pendidikan militer pertamanya, SBY kemudian masih melanjutkan study militernya dengan pergi belajar ke beberapa universitas militer ternama.
Perjalanan karier militer SBY dimulai dengan memangku jabatan sebagai Dan TonpanYonif Linud 330 Kostrad (Komandan Peleton III di Kompi Senapan A, Batalyon Infantri Lintas Udara 330/Tri Dharma, Kostrad) tahun 1974-1976, membawahi langsung sekitar 30 prajurit. Kefasihan dalam berbahasa Inggris, membuatnya terpilih mengikuti pendidikan lintas udara (airborne) dan pendidikan pasukan komando (ranger) di Pusat Pendidikan Angkatan Darat Amerika Serikat, Ford Benning, Georgia, 1975.
Sekembalinya ke tanah air, SBY memangku jabatan Komandan Peleton II Kompi A Batalyon Linud 305/Tengkorak (Dan TonpanYonif 305 Kostrad) tahun 1976-1977. Beliau pun memimpin Pleton ini bertempur di Timor Timur. Sepulang dari Timor Timur, SBY menjadi Komandan Peleton Mortir 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977). Setelah itu, beliau ditempatkan sebagai Pasi-2/OpsMabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977-1978), Dan KipanYonif Linud 330 Kostrad (1979-1981), dan Paban Muda Sops SUAD (1981-1982).
Selanjutnya, SBY dipercaya menjabat Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986-1988) dan Paban MadyalatSops Dam IX/Udayana (1988), sebelum mengikuti pendidikan di Sekolah Staf dan Komando TNI-AD (Seskoad) di Bandung dan keluar sebagai lulusan terbaik Seskoad 1989. SBY pun sempat menjadi Dosen Seskoad (1989-1992), dan ditempatkan di Dinas Penerangan TNI-AD (Dispenad) dengan tugas antara lain membuat naskah pidato KSAD Jenderal Edi Sudradjat. Ketika Edi Sudradjat menjabat Panglima ABRI, SBY ditarik ke Mabes ABRI untuk menjadi Koordinator Staf Pribadi (Korspri) Pangab Jenderal Edi Sudradjat (1993). Ada banyak sekali jabatan militer yang kemudian dijabat oleh SBY, puncaknya adalah ketika dia dipercaya bertugas ke Bosnia Herzegovina untuk menjadi perwira PBB (1995).
SBY menjabat sebagai Kepala Pengamat Militer PBB (Chief Military Observer United Nation Protection Force) yang bertugas mengawasi genjatan senjata di bekas negara Yugoslavia berdasarkan kesepakatan Dayton, AS antara Serbia, Kroasia dan Bosnia Herzegovina. Setelah kembali dari Bosnia, beliau diangkat menjadi Kepala Staf Kodam Jaya (1996). Kemudian menjabat Pangdam II/Sriwijaya (1996-1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda dan Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998) sebelum menjabat Kepala Staf Teritorial (Kaster) ABRI (1998-1999).
Di tahun 2000, SBY memulai langkah politiknya dengan untuk memutuskan pensiun lebih dini dari militer. SBY kemudian ditunjuk untuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi selama masa pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid. Tak lama kemudian, SBY harus meninggalkan posisinya sebagai Mentamben karena Gus Dur memintanya menjabat Menkopolsoskam. Pada tanggal 10 Agustus 2001, Presiden Megawati mempercayai dan melantik SBY menjadi Menko Polkam dalam Kabinet Gotong-Royong.
Tetapi pada 11 Maret 2004, SBY memilih untuk mengundurkan diri dari jabatan Menko Polkam. Langkah pengunduran diri ini membuatnya lebih leluasa menjalankan hak politik yang akan mengantarkannya ke kursi puncak kepemimpinan nasional. Pada pemilu Presiden yang dilakukan secara langsung untuk pertama kalinya, SBY yang berpasangan dengan Jusuf Kalla meraih kepercayaan mayoritas rakyat Indonesia dengan perolehan suara di atas 60 persen. Dan pada tanggal 20 Oktober 2004 Susilo Bambang Yudhoyono dengan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia ke-6. Pada 3 Juli 2013, SBY mendapat penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Penghargaan itu diberi saat Kongres XXI PGRI di Jakarta. Penghargaan tertinggi dari PGRI dipersembahkan pada tokoh yang memperjuangkan dan memartabatkan guru. SBY dinilai perhatian pada nasib guru dengan mendeklarasikan bahwa guru adalah jabatan profesi pada 2004. Tahun 2005, disahkan UU Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Juga adanya sertifikasi guru dan tunjangan profesi guru mulai dibayar.

Pendidikan ;
  • Akademi Angkatan Bersenjata RI (Akabri) (1973)
  • American Language Course, Lackland, Texas AS (1976)
  • Airboneand Ranger Course, Fort Benning , AS (1976)
  • Infantry Officer Advanced Course, Fort Benning, AS (1982-1983)
  • Jungle Warfare School, Panama (1983)
  • Antitank WeaponCourse di Belgia dan Jerman (1984)
  • Kursus Komando Batalyon (1985)
  • Sekolah Komando Angkatan Darat (1988-1989)
  • Commandand General StaffCollege, Fort Leavenwort, Kansas, AS
  • Master of Art (MA) dari Management Webster University, Missouri, AS
Karir ;
  • Dan Topan Yonif Linud 330 Kostrad (1974 - 1976)
  • Dan Topan Yonif 305 Kostrad (1976 - 1977)
  • Dan Tn Mo 81 Yonif Linud 330 Kostrad (1977)
  • Pasi-2/Ops Mabrigif Linud 17 Kujang I Kostrad (1977 - 1978) 
  • Dan Kipan Yonif Linud 330 Kostrad (1979 - 1981)
  • Paban Muda Sops SUAD (1981 - 1982)
  • Komandan Sekolah Pelatih Infanteri (1983 - 1985)
  • Dan Yonif 744 Dam IX/Udayana (1986 - 1988)
  • Paban Madyalat Sops Dam IX/Udayana (1988)
  • Dosen Seskoad (1989 - 1992)
  • Korspri Pangab (1993)
  • Dan Brigif Linud 17 Kujang 1 Kostrad (1993 - 1994)
  • Asops Kodam Jaya (1994 - 1995)
  • Danrem 072/Pamungkas Kodam IV/Diponegoro (1995)
  • Chief Military Observer United Nation Peace Forces (UNPF) di Bosnia - Herzegovina (sejak awal November 1995)
  • Kasdam Jaya (1996 - hanya lima bulan)
  • Pangdam II/Sriwijaya (1996 - 1997) sekaligus Ketua Bakorstanasda
  • Asospol Kassospol ABRI/wakil Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Umum MPR 1998)
  • Kassospol ABRI/Ketua Fraksi ABRI MPR (Sidang Istimewa MPR 1998)
  • Kepala Staf Teritorial (Kaster ABRI) (1998 - 1999)
  • Menteri Pertambangan dan Energi (sejak Oktober 1999)
  • Menteri Koordinator Politik Sosial Keamanan (Pemerintahan Presiden KH Abdurrahman Wahid)
  • Menteri Koordinator Politik dan Keamanan (Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri), mengundurkan diri 11 Maret 2004
  • Presiden Republik Indonesia (2004 - 2009)
  • Presiden Republik Indonesia (2009 - 2014)
Penghargaan ;
  • Adi Makayasa (lulusan terbaik Akabri 1973)
  • Tri Sakti Wiratama (Prestasi Tertinggi Gabungan Mental Fisik, dan Intelek), 1973
  • Satya Lencana Seroja, 1976
  • Honorour Graduated IOAC, USA, 1983
  • Satya Lencana Dwija Sista, 1985
  • Lulusan terbaik Seskoad Susreg XXVI, 1989
  • Dosen Terbaik Seskoad, 1989
  • Satya Lencana Santi Dharma, 1996
  • Satya Lencana United Nations Peacekeeping Force (UNPF), 1996
  • Satya Lencana United NationsTransitionalAuthority in Eastern Slavonia, Baranja, andWesternSirmium (UNTAES), 1996
  • Bintang Kartika Eka Paksi Nararya, 1998
  • Bintang Yudha Dharma Nararya, 1998
  • Wing Penerbang TNI-AU, 1998
  • Wing Kapal Selam TNI-AL, 1998
  • Bintang Kartika Eka Paksi Pratama, 1999
  • Bintang Yudha Dharma Pratama, 1999
  • Bintang Dharma, 1999
  • Bintang Maha Putera Utama, 1999
  • Tokoh Berbahasa Lisan Terbaik, 2003
  • Bintang Asia (Star of Asia) dari BusinessWeek, 2005
  • Bintang Kehormatan Darjah Kerabat Laila Utama dari Sultan Brunei
  • Doktor Honoris Causa dari Universitas Keio, 2006
  • Penghargaan Maha Dwija Praja Utama dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) 2013



Presiden Joko Widodo (20 Oktober 2014-sekarang)

H. Joko Widodo atau Jokowi lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak (20 Oktober 2014-sekarang). Ia terpilih bersama Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dalam Pemilu Presiden 2014. Jokowi pernah menjabat Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 hingga 16 Oktober 2014 didampingi Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakil gubernur. Sebelumnya, ia adalah Wali Kota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 hingga 1 Oktober 2012 didampingi F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil wali kota. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Wali Kota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Joko Widodo mulai menjadi sorotan kompilasi dipilih menjadi Walikota Surakarta. Orang-orang pertama yang ingin mengembangkan bisnis di Surakarta, tetapi mengembangkan kota Surakarta, namun beberapa perubahan penting yang dibuat untuk Surakarta pada tahun pertama kepemimpinannya menepis keraguan ini.
Diawali dengan branding, di bawah kepemimpinan Jokowi kota Surakarta atau yang sering disebut dengan Solo punya slogan 'Solo: Semangat Jawa' yang mendasari semangat warga Solo untuk mengembangkan kotanya. Ini bukan hanya branding, sejak tahun 2006 yang lalu kota Surakarta telah menjadi anggota Organisasi Kota-kota Warisan Dunia. Dengan pertemuan tersebut, di tahun berikutnya (2007) Solo menjadi tempat Festival Musik Dunia (FMD) yang diadakan di Benteng Vastenburg. Penyelenggaraan acara ini membawa misi penyelamatan situs bersejarah karena benteng terancam akan digusur untuk kepentingan bisnis. Bahkan tahun 2008, Solo menjadi tuan rumah penyelenggaraan Organisasi Kota-kota Warisan Dunia ini.
Proses relokasi pedagang barang bekas yang biasanya diwarnai dengan protes dan protes bisa dilakukan dengan Jokowi dengan baik karena komunikasi yang langsung dan jelas dijalin dengan masyarakat. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah melalui saluran televisi lokal di mana masyarakat bisa langsung berkomunikasi dengan walikotanya. Masalah lahan hijau juga menjadi perhatian Jokowi, relokasi barang bekas ini juga dilakukan dalam rangka revitalisasi lahan hijau di kota Solo.
Langkah besar yang diambil oleh Jokowi adalah persyaratan yang ditetapkan untuk para investor untuk mempertimbangkan kepentingan publik dan tidak segan untuk menolak mereka jika tidak bisa mendapatkan peraturan yang ada dalam kepemimpinan Jokowi. Nama Surakarta kembali menjadi perbincangan kompilasi bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Solo ini berhasil merakit mobil yang diberi nama Esemka. Jokowi sangat mendukung hasil yang didukung ini dengan ikut mengendarai mobil Esemka tersebut.
Untuk prestasinya ini Jokowi kemudian mencalonkan diri di Pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 bersama dengan Basuki Tjahaja Purnama sebagai wakilnya. Mereka berdua menjadi pasangan calon gubernur yang paling kuat berdasarkan perhitungan cepat yang dilakukan di hari pemilihan (Rabu, 11 Juli 2012), dan menjadi cagub yang paling banyak disoroti di Pilgub DKI 2012 ini. Namun demikian pencalonan Jokowi diwarnai dengan isu SARA yang dikeluarkan oleh Rhoma Irama dalam ceramahnya di Masjid Al'Isra Tanjung Duren Jakarta Barat. Dalam kesempatan itu, Rhoma Irama mengimbau warga agar memilih pemimpin yang seiman, dan dia mengutip bahwa ibu Jokowi adalah seorang non-muslim. Pernyataan ini menuai protes keras dari publik terhadap Panwaslu DKI melakukan pemeriksaan atas Rhoma Irama atas dugaan membahas isu SARA.
Hasil dari kepemimpinannya sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi berhasil mengambil hati masyarakat. Sekarang ia maju sebagai calon presiden sebagai kandidat dari PDIP dan menggandeng Jusuf Kalla sebagai calon wakil presidennya dengan nomor urut dua. Melawan pasangan nomor urut satu Prabowo Subianto dengan wakilnya Hatta Rajasa.

Pendidikan ;
  • SMP Negeri 1 Surakarta
  • SMA Negeri 6 Surakarta
  • Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada
Karir ;
  • Walikota Surakarta
  • Pengusaha mebel dan pertamanan
  • Gubernur Jakarta 2012
Penghargaan ;
  • Nominasi World Mayor 2012
  • 10 Tokoh 2008 versi majalah Tempo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar